Sabtu, 19 Februari 2011

Wawancara Dengan Prof. dr. Djoko Rahardjo, SpB, SpU



           Pada Hari Jumat, 28 Januari 2011, saya, Irfan, Hakim, Ezza, Nadya, Riana, dan Adi pergi ke Rumah Sakit Pusat Pertamina (RSPP) pukul 15.30 sore naik mobilnya Ezza, kecuali Nadya yang naik mobilnya sendiri. Sesampainya di sana, kami mencari ruangan Bapak Djoko Rahardjo. Beliaulah yang akan kami wawancara. Setelah ketemu ruangannya, kami langsung masuk. Di dalam ruangannya, tidak ada Pak Djoko. Tetapi ada asistennya yang bernama Mas Tyo. Kata Mas Tyo, Pak Djoko Rahardjonya belum datang dan masih dalam perjalanan menuju RSPP. Sambil menunggu Pak Djoko Rahardjo, kami ngobrol sebentar dengan Mas Tyo.

           Tidak lama kemudian Pak Djoko Rahardjo datang. Kami pun salim dengannya. Setelah itu, kami mempersiapkan peralatan seperti handycam, kamera, dan naskah pertanyaannya. Akhirnya wawancara dengan Pak Djoko Rahardjopun di mulai.

           Nama lengkapnya adalah Prof. dr. Djoko Rahardjo, SpB, SpU. Beliau lahir tahun 1940. Bapak Djoko Rahardjo adalah seorang dokter spesialis urologi. Yang belum tahu apa itu urologi,   ini : Urologi berasal dari kata Logos yang artinya ilmu; sedangkan Uro = Urine = kencing. Maka, Urologi adalah ilmu yang mempelajari saluran kemih dan saluran keturunan pria dan saluran kemih wanita. Pak Djoko mempunyai 2 anak, yaitu Susi dan Joko. Cita-cita Pak Djoko Rahardjo adalah tentara. Tetapi, ayahnya menyarankan supaya jadi dokter saja, makanya sekarang Pak Djoko menjadi seorang dokter. Selain itu, beliau juga menjadi Koordinator Tim Spesialis.

            Menurut beliau, tingkat kesehatan masyarakat Indonesia baik. Hal ini terbukti angka harapan hidup masyarakat Indonesia naik dari 65 tahun menjadi 73 tahun. Selain itu menurutnya juga usaha-usaha yang harus di lakukan pemerintah terkait dengan pelayanan kesehatan masyarakat tidak mampu adalah pemerataan ekonomi, kalau gizi bagus nanti akan jarang sakit. Karena sebelum pencegahan harus dilakukan promotion of health. Contohnya kebiasaan minum susu orang Indonesia masih kalah dengan orang Bangladesh. Orang Bangladesh minum susu rata-rata 20 liter/tahun, sedangkan orang Indonesia hanya 7-8 liter/tahun.

             Sebagai dokter, harapan Pak Djoko Rahardjo terhadap masalah kesehatan Indonesia adalah ekonomi baik; puskesmas mempunyai peralatan bagus, bukan hanya di kota-kota besar saja. Jumlah tenaga spesialis diperbanyak, sampai di Puskesmas.

             Akhirnya wawancarapun selesai. Kami langsung berfoto-foto. Setelah itu, kami pamit kepada Bapak Djoko Rahardjo dan Mas Tyo untuk pulang.



Pak Djoko Rahardjo


Pak Djoko Rahardjo


Pak Djoko Rahardjo


Pak Djoko Rahardjo & Mas Tyo

Pak Djoko, Mas Tyo, Reza, Irfan, Riana, Adi, Hakim, Ezza, Nadya

Pak Djoko, Ezza, Reza, Irfan

Hakim, Adi, Reza, Riana, Pak Djoko, Nadya, Irfan, Ezza








Tidak ada komentar:

Posting Komentar